Sedikit Desktiptif Tentang Manipi


Lingkungan Kabbe' ; Tampak (seng cat hijau) Masjid SMA Negeri 1 Sinjai Barat
Manipi, Ibu Kota Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai, yang letaknya secara geografis berbatasan dengan Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), dengan jarak 180 km dari Makassar (Ujung Pandang).

Berbicara mengenai bahasa ibu, masyarakat yang bermukim di daerah ini dikenal kesehariannya menggunakan bahasa konjo. Namun, bukan konjo seperti yang ada di Tanah Toraja. Namun, bahasa konjo yang sudah berbaur dengan bahasa Makassar dan Bugis.

Kadang pula penggunaan kata dalam bahasa konjo memiliki arti yang sama dengan bahasa makassar dan bugis, seperti misalkan kata tidur.

Kalau dalam bahasa konjo di tuturkan dengan kata tinro begitu juga dengan makassar tidur = tinro. Namun, dalam bahasa bugis menambahkan 'ma' (kata kerja) di awal kata 'tinro' (baca; tinroma).

Sinjai merupakan daerah perbatasan antara Bone dan Gowa dimana daerah gowa berbatasan dengan Sinjai Barat Ibu Kota Manipi dan Sinjai Selatan ibu kota Bikeru.

Memang tak bisa dipungkiri tentang hegemoni kedua kerajaan ini pada masa silam, baik dari segi adat istiadat ataupun sistem pemerintahannya.

Salah satu bukti adanya hegemoni gowa terhadap sinjai adalah bahasa dan budaya yang digunakan saat ini. bahasa yang digunakan tidak jauh berbeda dgn gowa sendiri terutama di daerah manipi, dan begitu pula dengan budaya misalkan resepsi pernikahan.

Di Manipi budaya seperti siri' na pacce' juga masih begitu kental. Juga tak kalah menariknya masih bertahannya budaya masyarakat dalam memperingati maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Dimana mereka berkumpul di rumah adat untuk berdoa bersama dan melakukan dzikir dan Barazanji. 

Yang hadir tidak hanya dari masyarakat manipi. Namun juga keluarga yang dari luar daerah. Mereka berbondong-bondong untuk syukuran dan melantunkan syalawat dan syahadat kepada nabi tercinta.

mereka berbondong bondong dengan keluarga mereka untuk menghadiri acara ini, dan aSelain tradisi maulid juga masih ada kebudayaan seperti, tradisi makan beras baru atau di kenal dengan nama 'nganre pare beru'. Tetapi skalanya hanya dalam lingkup tali keluarga dan kerabat saja.

Dimanipi juga dikenal seorang tokoh masyarakat dari turun temurun. Namanya, Puang Balakia. Masyarakat mengenal sosok ini sebagai seorang perempuan yang perkasa. Konon didampingi oleh seekor ayam dan ular besar.

Katanya, adanya saluran irigasi yang saat ini menghidupi sawah masyarakat disana, itu berkat kerja keras sang tokoh. Dibantu dua hewan tersebut. Bukti keberadaan tokoh ini adanya kuburan yang hingga sekarang dijaga dan dirawat oleh masyarakat. 
Suka menulis dan membaca buku

Join the conversation