Pantau arus mudik. Baik yang turun juga pergi. Ya, di Pelabuhan Parepare. Bandar Madani. Katanya.
Mereka datang. Pemudik itu. Dari Kalimantan. Ada yang menggendong. Barang atau anaknya. Bukan istrinya. Sore itu. Pukul 16.00, Sabtu, 25 Mei.
Tak ada yang aku kenal. Pede saja. Samperin saja. Kalau nyahut berarti orang. Tetapi kalau tidak? Positif thinking saja. Mungkin mereka lelah. Atau tak dengar. Tak apa. Anggap angin lalu saja. Katanya.
Tetapi, syukur. Ada pak polisi. Dia ramah. Yah, ada teman ngobrol. Sambil minta-minta data. Hahahaha....
Pak boleh minta kontaknya pak? Oh. Ia. Boleh. "Saya tak perlu tanya namanya. Saya sudah tahu," gumamku lagi.
Yah. Kan namanya, jelas tuh terbaca di bajunya. Hehehe..
Namanya Pak Rombe. Katanya, ia sudah lama tugas di sini. Di Pelabuhan Parepare. Tahun lalu ia bilang juga berjaga di sini.
Padahal keluarga dia, tinggal di Makassar. Anak juga istrinya. "Wah. Tangguh." kata itu terbersit.
"Wah. Saya saja sehari di sini sudah boring minta ampung. Kok bisa yah. Tak ada istri juga anak. Mereka di Makassar. Kok bisa yah?". Waduh... Aku cengeng ternyata.
"Ini hanya persoalan waktu. Menyatu. Kalau sudah akrab dengan banyak orang, kamu pasti tak bisa tinggalkan tempat ini. Dengan teman-teman wartawan lainnya," katanya.
Yah. Ini mungkin. Karena, sejauh ini. Di ramadan ini. Aku memang tak banyak berbaur. Hanya sebatas perlu saja. Belum pernah ikut nimbrung bersama mereka. Se profesi saya.
"Yah. Ini mungkin. Tetapi. Yah. Biarkan saja berjalan perlahan." Nanti saja dilihat. Buzzzzzzzz....
Tulisan ini, saya hanya menulis apa yang terlintas. Tak lagi perhatikan struktur. Yah. Inilah aku. Di tulisan ini. Belok kanan. Tiba-tiba belok kiri.
Join the conversation